Himpunan Pelajar Mahasiswa Wajo (HIPERMAWA) Komisariat Bola adalah suatu Organisasi Perkumpulan Pelajar dan Mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Wajo khususnya Kecamatan Bola.
Senin, 22 Oktober 2012
SELAYANG PANDANG HIPEMAWA KOMISARIAT BOLA
Cikal bakal terbentuknya HIPERMAWA KOMISARIAT BOLA Awalnya sempat menuai kontrofersi dari berbagai kalangan Internal yang ada di Pengurus Pusat HIPERMAWA dengan KOPERTI dan KOMISARIAT yang ada di bawa naungan PP-HIPERMAWA. Karena saat itu Sebelumnya sudah lama sebenarnya mau di bentuk HIPERMAWA KOMISARIAT BOLA...
Namun belum mencapai target atau persyaratan untuk membentuk Komisariat, karena Mahasiswa yang berasal dari Kecamatan Bola masih sangat sedikit yang kuliah di Kota Angin Mamiri ini, atau belum mencapai target yang telah di tentukan oleh PP-HIPERMAWA. Pada saat itu dibawah kepengurusan PP-HIPERMAWA tahun 2006-2008 (namax saya lupa).waktu itu di Promotori oleh Kanda Andi Aswandi dkk. dan memohon kepada camat Kecamatan Bola, sebagai orang tua di Kecamatan Bola.waktu itu yang masih Camat di Kecamatan Bola yaitu Puang Baso.
Karena kekhawatiran beliau, HIPERMAWA KOMISARIAT BOLA dibentuk atas dasar Politik Praktis karena saat itu mendekati KONFRENSI PP-HIPERMAWA sehingga hanya mengajukan permohonan pembentukan Komisariat Bola, namun di Terbitkanlah SK. oleh PP-HIPERMAWA tetapi hanya Surat Masa Percobaan atau diistilahkan Masa Karateker,, yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat. Namun tidak bisa memilih dalam Konfrensi HIPERMAWA karena tidak mempunyai Hak Pilih namun hanya Hak Suara, waktu itu di percayakan sama Kanda Andi Wahyuddin untuk jadi ketua sementara.
Setelah itu, Pasca Konfrensi PP-HIPERMAWA terjadi dualisme dikubuh HIPERMAWA itu sendiri.waktu itu di ketuai Oleh Kanda Harmansyah tahun 2008-2010 sehingga masa percobaan tersebut terjadi Kefakuman atau tidak pernah lagi di ajukan permohonan pembentukan Komisariat Bola.
Setelah itu saya (Sinardin AL) datang ke Sekretariat PP-HIPERMAWA di Jln. Sungai Saddang untuk meminta Informasi tentang HIPERMAWA KOMISARIAT BOLA dan Informasi tersebut saya dapat dari Pengurus Pusat HIPERMAWA di awal tahun 2010 seperti yang terterah di atas.
Pada saat itu jumlah mahasiswa yang berasal dari Kecamatan Bola sudah banyak yang Kuliah di Makassar dan sudah dapat memenuhi Persyaratan Untuk membentuk komisariat karena komisariat Bola waktu itu masih status karateker. Sehingga Saya (Sinardin AL) mencari informasi tentang keberadaan kanda Andi Wahyuddin (Ketua Sementara), namun pada saat itu beliau tidak berada di Makassar. Sehingga nantinya saya mengajukan permohonan surat untuk diadakan RAK ulang untuk dibentuk Komisariat secara Resmi karena alasan Komisariat Bola Belum Resmi Terbentuk dan Terjadi Kefakuman.
Saat itu di diterimahlah surat permohonan tersebut oleh PP-HIPERMAWA yang di Ketuai oleh Kanda Harmansyah. Beberapa Bulan setelah itu kami melakukan Rapat Anggota Komisariat
(RAK) HIPERMAWA KOMISARIAT BOLA pada Tanggal, 14
Mei 2010 Di Sekretariat
Koperti UIN Alauddin Jl. Mamoa III No. 9 dan di saksikan oleh beberapa Koperti dan Komisariat serta Pengurus Pusat HIPERMAWA.
Dari hasil Rapat Anggota Komisariat terpilihlah formatur (Sinardin AL) dan mid formatuer (Ahmad Amiruddin). serta Dewan Pertimbangan Anggota Komisariat (DPAK) yaitu Andi Anhar.
Susunan Pengurus
Himpunan Pelajar Mahasiswa
Wajo (HIPERMAWA)
Komisariat Bola
Priode 2010-2011
Priode 2010-2011
PELINDUNG
BUPATI WAJO
CAMAT BOLA
KAPOLSEK BOLA
DANRAMIL BOLA
PEMBINA
K.M Besse Ruhaya, SPd.I
Heriyati H.Z, SPd.I
Baso Kurniawan, S.Ag
Andi Asnadi, S.H
Andi Aswandi
Andi Wahyuddin
DEWAN PERTIMBANGAN ANGGOTA
Andi Anhar (ketua)
Andi Muh. As'ad (Anggota)
Ketua Umum : Sinardin AL
Ketua Bidang Pengembangan
Organisasi : Takdir
Ketua Bidang Pembinaan
Anggota : Abdul Rahman
Ketua Bidang Partisipasi Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Lingkungan Hidup : St. Ramlah
Ketua Bidang Partisipasi
Pembangunan dan Pengabdian Masyarakat: Saddang Husaen
Sekertaris Umum : Ahmad Amiruddin
Bendahara Umum : Andi Risnawati Bachrun
ANGGOTA
Bidang Pengembangan
Organisasi
-
Sri Wardani
-
Mulyanti
-
Hardillah
-
Satriadi
-
Muh. Arfan
Bidang Pembinaan Anggota
-
St.
Aminah Soraya
-
Agung Gunawan
-
Herdiyanto
-
Eva Rosalia
-
Irfandi Syam
Bidang Partisipasi
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Hidup
-
Andi
Irma
-
Andi
Satria Oktarini
-
Nuralang
Usman
-
Harmiyana
A. Ramesyia
Bidang Partisipasi
Pembangunan dan Pengabdian Masyarakat
-
Baso
Resa H
-
Muh.
Azis
-
Riah Harnita
-
Hardiyana
-
Ernawati HM
-
Muh Sudari
Jumat, 12 Oktober 2012
KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN
BAGIKANLAH ILMU WALAUPUN DENGAN SEPATAH KATA BAGI YANG MEMBUTUHKANNYA
Jadikanlah Dirimu Manusia yang berakhlak Mulia dan mau berbagi dengan sesama
Profil Kabupaten Wajo
Profil Kab. Wajo Sulawesi Selatan
Kondisi Geografis
Kabupaten wajo dengan ibu kotanya Sengkang, terletak dibagian tengah
propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 242 km dari ibukota provinsi,
memanjang pada arah laut Tenggara dan terakhir merupakan selat, dengan
posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan 119º 53º-120º 27 BT.
Batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap
Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Soppeng,
Sebelah Timur : Teluk Bone
Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Sidrap
Luas wilayahnya adalah 2.506,19 Km² atau 4,01% dari luas Propinsi
Sulawesi Selatan dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan
sawah 86.297 Ha (34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%).
Pada tahun 2007 Kabupaten Wajo telah terbagi menjadi 14 wilayah
Kecamatan, selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan di dalamnya
terbentuk wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu secara keseluruhan
terbentuk 44 wilayah yang berstatus Kelurahan dan 132 wilayah yang
berstatus Desa.
Masing-masing wilayah kecamatan tersebut mempunyai potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang berbeda meskipun perbedaan itu relatif
kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif sama untuk
menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.
Topografi dan Kelerengan
Topografi di Kabupaten Wajo mempunyai kemiringan lahan cukup bervariasi
mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit. Sebagian besar
wilayahnya tergolong datar dengan kemiringan lahan/lereng 0 – 2 %
luasnya mencapai 212,341 Ha atau sekitar 84 %, sedangkan lahan datar
hingga bergelombang dengan kemiringan / lereng 3 – 15 % luas 21,116 Ha
(8,43%), lahan yang berbukit dengan kemiringan / lereng diatas 16 – 40 %
luas 13,752 Ha (5,50 %) dan kemiringan lahan diatas 40 % (bergunung)
hanya memiliki luas 3,316 Ha (1,32%).
Secara morfologi, Kabupaten Wajo mempunyai ketinggian lahan di atas permukaan laut (dpl) dengan perincian sebagai berikut :
1. 0 – 7 meter, luas 57,263 Ha atau sekitar 22,85 %
2. 8 – 25 meter, luas 94,539 Ha atau sekitar 37,72 %
3. 26 – 100 meter, luas 87,419 Ha atau sekitar 34,90 %
4. 101 – 500 meter, luas 11,231 Ha atau sekitar 4,50 % dan ketinggian di atas 500 meter luasnya hanya 167 Ha atau sekitar 0,66 %.
Kondisi Alam
Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan di Kabupaten Wajo secara umum terdiri atas sawah,
perkebunan, perumahan, tambak, fasilitas sosial, fasilitas ekonomi dan
lahan kosong. Pergeseran pemanfaatan lahan di wilayah Kabupaten Wajo
secara umum belum mengalami perubahan yang cukup drastis hanya beberapa
bagian kawasan strategis di wilayah perkotaan cepat tumbuh akibat
terjadinya peningkatan pembangunan jumlah unit perumahan dan pengadaan
sarana prasarana umum.
Lahan Kering dan Daerah Pesisir
Daerah Pesisir Pantai
Kabupaten Wajo terdapat 6 (enam) kecamatan yang merupakan wilayah pesisir pantai yaitu :
1. Kecamatan Pitumpanua
2. Kecamatan Keera
3. Kecamatan Takkalalla
4. Kecamatan Sajoanging
5. Kecamatan Penrang
6. Kecamatan Bola
Jumlah desa yang masuk dalam 6 kecamatan tersebut adalah 25 Desa yang
langsung berada di pantai pesisir dan perbatasan dengan laut, sedangkan
42 Desa yang berada di daratan.
Sejarah
Kebesaran tanah Wajo pada masa dahulu, termasuk kemajuannya di bidang
pemerintahan, kepemimpinan, demokrasi dan jaminan terhadap hak-hak
raknyatnya. Adapun konsep pemerintahan adalah :
1. Kerajaan
2. Republik
3. Federasi, yang belum ada duanya pada masa itu
Hal tersebut semuanya ditemukan dalam LONTARAK SUKKUNA WAJO. Sebagaimana
yang diungkapkan bahwa beberapa nama pada masa Kerajaan Wajo yang
berjasa dalam mengantar Tana Wajo menuju kepada kebesaran dan kejayaan
antara lain :
1. LATADAMPARE PUANGRIMAGGALATUNG
2. PETTA LATIRINGENG TO TABA ARUNG SIMETTENGPOLA
3. LAMUNGKACE TOADDAMANG
4. LATENRILAI TOSENGNGENG
5. LASANGKURU PATAU
6. LASALEWANGENG TO TENRI RUA
7. LAMADDUKKELLENG DAENG SIMPUANG, ARUNG SINGKANG (Pahlawan Nasional)
8. LAFARIWUSI TOMADDUALENG
Dan masih banyak lagi nama-nama yang berjasa di Tanah Wajo yang menjadi peletak dasar kebesaran dan kejayaan Wajo.
Beberapa versi tentang kelahiran Wajo, yakni :
1. Versi Puang Rilampulungeng
2. Versi Puang Ritimpengen
3. Versi Cinnongtabi
4. Versi Boli
5. Versi Kerajaan Cina
6. Versi masa Kebataraan
7. Versi masa ke Arung Matoa-an
Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tahun dari pada Hari Jadi
Wajo ialah versi Boli, yakni pada waktu pelantikan Batara Wajo pertama
LATENRI BALI Tahun 1399, dibawah pohon besar (pohon Bajo). Tempat
pelantikan sampai sekarang masih bernama Wajo-Wajo, di daerah Tosora
Kecamatan Majauleng.
Terungkap bahwa, pada mulanya LATENRI BALI bersama saudaranya bernama
LATENRI TIPPE secara berdua diangkat sebagai Arung Cinnongtabi,
menggantikan ayahnya yang bernama LAPATIROI. Akan tetapi dalam
pemerintahannya, LATENRI TIPPE sering berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyatnya yang diistilahkan ”NAREMPEKENGNGI BICARA TAUWE”, maka LATENRI
BALI mengasingkan dirinya ke Penrang (sebelah Timur Tosora) dan menjadi
Arung Penrang. Akan tetapi tak lama kemudian dia dijemput rakyatnya dan
diangkat menjadi Arung Mata Esso di Kerajaan Boli. Pada upacara
pelantikan dibawah pohon Bajo, terjadi perjanjian antara LATENRI BALI
dengan rakyatnya dan diakhiri dengan kalimat ”BATARAEMANI TU MENE’ NA
JANCITTA, TANAE MANI RIAWANA” (Hanya Batara Langit di atasnya perjanjian
kita, dan bumi di bawahnya) NARITELLANA PETTA LATENRI BALI PETTA BATARA
WAJO.
Berdasarkan perjanjian tersebut, maka dirubahlah istilah Arung Mata Esso
menjadi Batara, dan kerajaan baru didirikannya, yang cikal bakalnya
dari Kerajaan Boli, menjadi Kerajaan Wajo, dan LATENRI BALI menjadi
Batara Wajo yang pertama.
Sedangkan untuk menentukan tanggal Hari Jadi Wajo, dikemukakan beberapa versi, yakni :
1. Versi tanggal 18 Maret, ketika armada Lamaddukkelleng dapat
mengalahkan armada Belanda di perairan Pulau Barrang dan Koddingareng.
2. Versi tanggal 29 Maret, ketika dalam peperangan terakhir, Lamaddukkelleng di Lagosi, dapat memukul mundur pasukan gabungan Belanda dan sekutu-sekutunya.
3. Versi tanggal 16 Mei, ketika Lasangkuru Patau bergelar Sultan Abdul Rahman Arung Matoa Wajo, memeluk agama Islam.
4. Versi ketika Andi Ninnong Ranreng Tuwa Wajo, menyatakan di depan Dr. SAM RATULANGI dan LANTO DG. PASEWANG di Sengkang pada Tahun 1945 bahwa rakyat Wajo berdiri di belakang Negara Kesatuan Indonesia.
Dari versi tersebut, disepakati yang menjadi tanggal daripada Hari Jadi
Wajo, ialah versi tanggal 29 Maret, karena sepanjang sejarah belum
pernah ada pejuang yang mampu mengalahkan Belanda pada pertempuran
terakhir. Peristiwa ini terjadi pada Tahun 1741.
Dengan perpaduan dua versi tersebut di atas, maka disepakati: Hari Jadi Wajo ialah Tanggal 29 Maret 1399.
Kebesaran dan kejayaan Kerajaan Wajo pada masanya, disebabkan oleh
berbagai aspek sebagaimana telah dikemukakan tedahulu, namun ada hal
yang sangat hakiki yang perlu mendapatkan perhatian, yakni adanya
kepatuhan dan ketaatan Raja dan rakyatnya terhadapat Pangadereng, Ade
yang diwarisi dan disepakati, Ade Assiamengeng, Ade Amaradekangeng,
sistem Ade dengan sitilah ADE MAGGILING JANCARA, serta berbagai falsafah
hidup, pappaseng dan sebagainya.
Kepatuhan dan ketaatan rakyat Wajo terhadap rajanya, sebaliknya
perhatian dan pengayoman raja terhadap rakyatnya adalah satu aspek
terwujudnya ketentraman dan kedamaian dalam menjalankan pemerintahan
pada masa itu. Hal ini dapat kita lihat, pada saat LA TIRINGENG TO TABA
dalam kedudukannya sebagai Arung Simettengpola mengadakan perjanjian
dengan rakyatnya. Perjanjian ini dikenal dengan ”LAMUNGPATUE
RILAPADDEPA” (Penanaman batu = Perjanjian Pemerintahan di Lapaddeppa’).
Inti dari perjanjian ini ialah bahwa rakyat akan patuh terhadap perintah
raja, asalkan atas kebaikan dan kemaslahatan rakyat, demikian pula raja
akan senantiasa mengayomi rakyatnya dengan dasar Ade, Pengadereng
(hukum), dengan pengakuannya :
”IO TO WAJO, MAUTOSA MUPAMESSA’, MUA RIATIMMU, MUPAKEDOI RILILAMU
MAELO’E PASSUKKA’ RIAKKARUNGEKKU RI BETTENGPOLA, MAPERING TOKKO NA BACU
BACUE, ONCOPISA REKKO MUELOREKKA’MAJA’ MATTI PAJJEO TO WAJO”
Artinya :
Ya orang-orang Wajo, sekalipun menimbulkan dalam hatimu atau
menggerakkan dalam lidahmu, hendak mengeluarkan aku dari jabatan
kerajaanku di Bettengpola, engkau akan tersapu bersih dari pada
tersapunya batu-batu. Apalagi jika kalian bermaksud jahat terhadapku,
maka engkau kering bagaikan garam.
Pada bagian lain Petta Latiringeng To Taba Arung Sao Tanre, Arung
Simettengpola mengemukakan ”NAPULEBBIRENGNGI TO WAJJOE MARADEKA
NAKKEADE’, NAMAFACCING RI GAU SALAE, NAMATINULU MAPPALAONG, NASABA
RESOFA TEMMANGINGNGI MALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA, NAMAFAREKKI WARANG
PARANG, NASABA WARANG PARANGMITU WEDDING MAPPATUWO, WARANG PARANG MITU
WEDDING MAPPAMATE”.
Artinya :
Yang menjadikan orang Wajo mulia ialah Kemerdekaan yang menjunjung
tinggi hukum dan hak azasi manusia, ia rajin bekerja, karena hanya
dengan kerja keras sebagai titian untuk mendapatkan limpahan Rahmat dari
Tuhan Yang Maha Kuasa. Hemat terhadap harta benda, karena harta benda
orang bisa hidup sempurna dan harta benda pula bisa mematikan orang.
Apa yang telah diletakkan oleh Batara Wajo Pertama ini, oleh Batara Wajo
dan Arung Matowa berikutnya terus dikembangkan sampai masa pemerintahan
ARUNG MATOWA WAJO KEEMPAT: LATADAMPARE PUANG RIMAGGALATUNG, Wajo
mencapai kejayaan. Pada masa pemerintahan inilah selama sepuluh tahun
disempurnakan segala peraturan hukum adat, pemerintahan dan peradilan,
dan mengajarkan etika pemerintahan, merealisasikan demokrasi dan hak-hak
azasi manusia, konsep negara sebagai abdi rakyat (public servent) dan
konsep Rule of Law (hukum yang dipertuan bukan raja).
Salah satu Ade Amaradekangengna yang dimuat secara terpencar dalam
Lontarak Sukkuna Wajo, yang selanjutnya menjadi motto pada Lambang
Daerah Kaubpaten Wajo (walaupun disingkatkan), antara lain berbunyai :
”MARADEKA TOWAJOE NAJAJIAN ALENA MARADEKA, TANAEMMI ATA, NAIYYA
TOMAKKETANAE MARADEKA MANENG, ADE ASSAMA TURUSENNAMI NAPOPUANG”.
Artinya :
Orang-orang Wajo, adalah orang merdeka, mereka merdeka sejak dilahirkan,
hanya negeri mereka yang abdi, sedangkan si pemilik negeri (rakyat)
merdeka semua dan hanya hukum adat yang disetuji bersama yang mereka
pertuan.
Kebesaran dan kemuliaan Tana Wajo disebutkan dalam Lontarak :
MAKKEDATOI ARUNG SAOTANRE PETTA TO TABA’ LA TIRINGENG : ”NAIA
PARAJAIENGNGI WAJO’, BICARA MALEMPU’E NAMAGETTENG RI ADE’ MAPPURAONRONA,
NAMASSE’ RI ADE’ AMMARADEKANGENNA IA TONA PASIAMASENGNGE TAUE RI
LALEMPANUA, PASIO’DANINGNGE TAU TEMMASSEAJINGNGENG, NASSEKITOI
ASSEAJINGENNA TANAE. NAPOALIE’-BIRETTOI TO WAJO’E MARADEKAE, NAIATOSI
NAPOASALAMAKENGNGE TO WAJO’E MAPACCINNA ATINNA NAMALEMPU’, NAMATIKE’,
NAMATUTU, NAMETAU’ RI DEWATA SEAUAE, NAMASIRI’ RIPADANNA TAU. LATONARO
KUAE PACCOLLI’I PA’DAUNGNGI WAJO’, PATTAKKEI, PAPPALEPANGNGI,
PAPPARANGA-RANGAI, NALORONG LAO ORAI’, LAO ALAU’, LAO MANINAG, LAO
MANORANG, MATERENG RAUNNA MACEKKE’ RIANNAUNGI RI TO WAJO’E”.
Artinya :
Berkata pula Arung Saotanre Tuan Kita To Taba’ La Tiringeng: ”Yang
membesarkan Wajo, ialah peradilan yang jujur, getang pada adat tetapnya
dan teguh pada adat kebesarannya. Itu pula yang menyebabkan orang-orang
saling mengasihi di dalam negeri, saling merindui orang-orang yang tidak
bersanak dan mengukuhkan persahabatan negeri. Menjadikan pula
orang-orang Wajo mulia karena kebebasannya. Yang menyelamatkan
orang-orang Wajo, ialah ketulusan hatinya dan kejujurannya lagi waspada,
berhati-hati, takut kepada Dewata Yang Esa dan menghargai harkat
sesamanya manusia. Yang demikian itulah yang memutikkan dan mendaunkan
Wajo, menangkaikan dan memelepahkan serta melebarkannya, menjalar ke
barat, timur, selatan dan ke utara, rimbun dan dingin daunnya dinaungi
oleh orang-orang Wajo”.
Nilai-nilai luhur yang antara lain dikemukakan di atas, maupun dalam
Lontarak Sukkuna Wajo adalah kearifan yang menjadi jati diri rakyat
Wajo, yang seharusnya kita kembangkan dan lestarikan.
Sumber :
1. Wajo Abad XV-XVI, Suatu Penggalian Sejarah terpendam Sulawesi Selatan dari Lontara;
Prof. Mr. Dr. Andi Zainal Abidin, 1985
2. Munculnya Kerajaan Elektif Wajo, Suatu Percobaan untuk Menemukan Hari Jadi Daerah Wajo;
Prof. Mr. Dr. Andi Zainal Abidin, 1985
3. Sejarah Singkat Hari Jadi Wajo;
Drs. Hamid M. ; Andi Pabbarangi ; Dammar Jabbar, Maret 2000
4. Panitia Hari jadi Wajo (HJW). ke-610 Tahun 2009
Arti Lambang
1. POHON BAJO
1. Bertangkai/cabang tiga ialah bentuk asal daerah Kabupaten Wajo yang terdiri dari tiga Limpo, yaitu :
1. Majauleng (Benteng Pola)
2. Sabbangparu (Talotenreng)
3. Takkalalla (Tua)
2. Batang lurus ialah bercita-cita tinggi penuh kejujuran
3. Daun sebanyak 30 lembar dan hijau melambangkan dewan rakyat wajo (ketika terciptanya republic wajo pada abad XIV) sedang warna hijau cita-cita kemakmuran negeri.
4. Pada akar pohon tertulis aksara bugis menyatakan asal perkataan wajo.
2. PITA
Pada pita terbentang terdapat salah satu dari pandangan masyarakat /rakyat wajo “MARADEKA TOWAJOE ADENA NAPOPUANG” yang artinya Rakyat Wajo merdeka, konsitusinya yang dipertuan dengan warna hijau di artikan makmur subur.
3. PADI, JAGUNG, IKAN GULA
Kesemuanya melambangkan kemakmuran yang Pokok Daerah Wajo
4. LETER W.
Letter w yang terbentuk ornament (hiasan) melambangkan seni ukir (kesenian yang berkembang di kabupaten wajo)
5. WARNA KUNING DAN MERAH
* merah berarti berani karena benar
* kuning berarti indah dan mulia
* kedua warna tersebut warna simbolis bagi jiwa masyarakat wajo
6. WARNA DASAR
Bidang lambang berwarna putih yang diapit merah mencerminkan kepribadian masyarakat / rakyat wajo yaitu keberanian yang disandarkan pada kesucian
7. BENTUK LAMBANG
Bentuk perisai/tameng artinya kesiapsiagaan menghadapi setiap kemungkinan yang mengancam Masyarakat Wajo.
Filosofi, Etika dan Etos Kerja
1. FILOSOFI
Filosofi pemerintahan dan kemasyarakatan wajo yang tercermin pada kedalaman kearifan budaya dan moral masyarakat wajo yang sejak 600 tahun yang lalu yaitu seajack wajo lahir pada tanggal 29 maret 1399, kemudian mengkristal pada tiga kata yang selanjutnya disebut dengan filosofi 3 S ,yaitu sipakatau ,sipakalebbi,sepakainge. Filosofi ini menjadi satu tatanan yang terpisahkan satu samalain.
SIPAKATAU (saling memanusiakan)
1. Menghormati harkat dan martabat kemanusian seseorang sebagai makhluk ciptaan tuhan YME
2. Semua makhluk disisi tuhan YME adalah sama, yang membedakan adalah keimanan dan ketakwaan
SIPAKELEBBI (saling memuliakan /menghargai)
1. Menghargai posisi dan fungsi masing-masing di dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan
2. Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang mudah,yang sederajat saling menghormati dan menyayangi.
3. Berprilaku dan berbicara sesuai norma (baik) yang di junjung tinggi oleh masyarakat dan pemerintah.
SIPAKAINGE (saling mengingatkan / demokrasi)
1. Menghargai nasehat, saran, kritikan, posisi, dari siapapun
2. Pengakuan bahwa manusia adalah tempatnya kekurangan dan kekhilafan.
3. Aparatur pemerintah dan masyarakat tidak lupuk dari kekurangan, kekhilafan dan diperlukan ke arifan untuk saling mengingatkan dan menyadarkan melalui maknisme yang tidak lepas dari kearifan Sipakatau dan Sipakalebbi.
2. ETIKA
Pada transisi pelaksanaan otonomi daerah yang penuh tantangan dan eufhoria kebebasan, perlu dibangun suatu persepsi, pandangan yang sama antara pemerintah dan masyarakat wajo dalam wujud adanya etika pemerintah dan masyarakat. etika pemerintahan dan kemasyarakatan tersebut tercermin pada 6 prinsip kerja yaitu :
1. Taat Azaz
Semua langkah dan kebijakan pemerintah dan masyarakat hendaknya lebih awal mengacu pada landasan hukum ( peraturan perundang undangan dan keputusan masyarakat ).
2. Keterbukaan
Setiap langkah dan kebijakan disampaikan secara terbuka (manajemen terbuka) kepada masyarakat untuk mencegah agar tidak terjadi kecurigaan dan fitnah selaras dengan abad 21 ditandai dengan era globalisasi keterbukaan yang penuh dengan persaingan.
3. Kemitraan
Hasil maksimal hanya dapat dicapai melalui kemitraan dan kebersamaan.
Membina kebersamaan dan kemitraan antar aparatur kelembagaan secara vertical dan horizontal.
Membina kemitraan / keterbukaan antar dan inter lembaga pemerintah dan kemasyarakatan.
4. Pelayanan
Tugas utama aparatur pemerintah adalah memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, bukan sebaliknya.
Mempermudah birokrasi pelayanan, bukan malah mempersulit karna ada sesuatu yang diharapkan .
5. Rasa malu (siri’)
Merasa malu kalau tidak melaksanakan tugas dengan baik.
Malu pada diri sendiri , pada masyarakat dan pada Tuhan YME apabila tidak melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
6. Iman dan takwa
Berpegang teguh pada ajaran agama karna ajaran agama menunjukkan jalan yang benar kepada kita semua.
3. ETOS KERJA
* Adalah suatu sikap kehendak (dihendaki ) secara suka rela tanpa dipaksa untuk suatu kegiatan (sasaran/program/tujuan),
* Menyangkut sifat, karakter, kualitas hidup, moral dan suasana hati seseorang atau masyarakat,
* Motifasi kerja menyangkut aspek pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
* Semboyan yassiwajori disimbolkan sebagai etos kerja pemerintah dan masyarakat wajo
Kewajiban (nasseriki’) :
* tidak ada seorang manusiapun yang lupuk dari suatu kewajiban menurut status dan fungsinya
* kewajiban tersebut akan dipertanggung jawabkan baik, di dunia maupun diakhirat sesuai norma hokum (adat) yang berlaku
Bekerja (resopa) :
* tidak ada seorang manusiapun yang lupuk dari bekerja untuk kepentingan diri sendiri, masyarakat dan Negara.tidak bekerja berarti malas (makuttu)
Optimal (temmangingi) :
* puncak dedikasi kerja yang diharapkan adalah optimal artinya sungguh-sungguh tidak setengah tengah hati dan penuh rasa tanggung jawab (resopa temmangingi naletei pammase dewatae).
Visi Misi
VISI KABUPATEN WAJO
MENJADIKAN KABUPATEN WAJO SEBAGAI KABUPATEN TERBAIK DALAM PELAYANAN HAK DASAR DAN PEMERINTAH YANG PROFESIONAL.
MISI KABUPATEN WAJO
UNTUK MEWUJUDKAN VISI TERSEBUT, ADA EMPAT MISI YANG AKAN DILAKUKAN :
1. PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN PENINGKATAN SUMBER DAYA APARATUR.
2. MENINGKATKAN JANGKAUAN DAN KUALITAS PELAYANAN DALAM PROSES PEMENUHAN HAK DASAR MASYARAKAT.
3. MENCIPTAKAN IKLIM YANG KONDUSIF BAGI KEHIDUPAN YANG AMAN, DAMAI, RELIGIUS DAN INOVATIF SERTA IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
4. MENGAKSELERASI LAJU MESIN-MESIN PERTUMBUHAN DALAM PROSES PRODUKSI BERBASIS EKONOMI KERAKYATAN.
Potensi
1. Sektor Pertanian
Berbagai komoditi sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura sebagai potensi yang berprospek untuk dikembangkan dalam rangka penanaman modal asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk tujuan ekspor dan pemenuhan komoditas dalam negeri. Pemanfaatan lahan pertanian (sawah, tegalan dan kebun) secara optimal untuk tanaman padi, jagung, dan buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan disektor ini. Untuk mengembangkan komoditas tersebut para investor memiliki peluang kerjasama dengan petani baik dalam penyediaan saprodi, budidaya, maupun pemasarannya.
Sektor pertanian yang tergolong besar, dibagi menjadi lima sub sektor :
1. Tanaman Bahan Makanan (Tabama) meliputi tanaman padi dan palawija.
2. Perkebunan meliputi seluruh jenis tanaman perkebunan.
3. Peternakan yang meliputi seluruh jenis peternakan.
4. Kehutanan yang meliputi seluruh jenis kegiatan kehutanan.
5. Perikanan yang meliputi seluruh jenis kegiatan perikanan.
Diantara kelima sub sektor, sub sektor Tabama memiliki kontribusi
terbesar terhadap pembentukan PDRB secara keseluruhan di Kabupaten Wajo.
Pada tahun 2007, dari 41,57 persen nilai tambah bruto yang berasal dari
Sektor Pertanian, terdiri dari 28,04 persen dari sub sektor Tabama;
2,37 persen dari sub sektor perkebunan; 2,15 persen dari sub sektor
peternakan; 0,03 persen dari sub kehutanan; dan 8,98 persen dari sub
sektor perikanan. Keadaan seperti itu relatif hampir sama setiap tahun
pada tahun-tahun sebelumnya.
2. Sektor Perikanan
Potensi sub sektor perikanan terdiri dari berbagai jenis produk
penangkapan ikan laut dan perikanan darat yang tersebar di Empat belas
kecamatan di Kabupaten Wajo. Produksi dari perikanan darat dihasilkan
dari beberapa tempat usaha, seperti danau (1.760 Hektar), rawa (740
Hektar), tambak (1.795 Hektar), kolam (201 Hektar) serta sawah (72
Hektar).
Objek Wisata
A. Danau Tempe
Danau Tempe adalah salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan
yangbanyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Danauyang luasnya 13.000 hektar ini, jika dilihat dari ketinggiantampak
bagaikan sebuah baskom raksasa. Danau ini menjadi sumberpenghidupan,
mencari ikan, tidak hanya bagi masyarakat KabupatenWajo, tapi juga
sebagian masyarakat Kabupaten Soppeng dan Sidrap. Disepanjang tepi
danau, tampak perkampungan nelayan bernuansa Bugisberjejer menghadap ke
arah danau.
Keistimewaan
Danau Tempe merupakan penghasil ikan air tawar terbesar di dunia, karena
dasar danau ini menyimpan banyak sumber makanan ikan. Selain itu, danau
ini juga memiliki spesies ikan tawar yang tidak dapatditemui di tempat
lain. Hal ini diperkirakan karena letak danauini berada tepat di atas
lempengan Benua Australia dan Asia.
Ditengah-tengah Danau Tempe, tampak ratusan rumah terapung milik
nelayanyang berjejer dengan dihiasi bendera yang berwarna-warni.
Dariatas rumah terapung itu, wisatawan dapat menyaksikan terbit
danterbenamnya matahari di satu posisi yang sama, serta
menyaksikanberagam satwa burung, bunga-bungaan, dan rumput air yang
terapung diatas permukaan air. Di malam hari, para pengunjung
dapatmenyaksikan indahnya rembulan yang menerangi Danau Tempe
sambilmemancing ikan.
Disetiap tanggal 23 Agustus diadakan festival laut atau juga
seringdisebut Maccera Tappareng (mensucikan danau) yang ditandai
denganpemotongan sapi yang dipimpin oleh ketua nelayan setempat. Dalam
acaraini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai atraksi wisata
yangsangat menarik, seperti lomba perahu tradisional, perahu
hias,permainan rakyat (misalnya, lomba layangan), pemilihan ana?
dara(gadis) dan kallolona (pemuda) Tanah Wajo, padendang (menabuh
lesung),pagelaran musik tradisional dan tari bissu yang dimainkan
olehpara waria, dan berbagai pagelaran tradisional lainnya.Pelaksanaan
festival ini dimaksudkan agar nuansa kekeluargaan danpersatuan antar
sesama nelayan tetap terjaga dengan prinsip ?3-S?,yaitu Sipakatau,
Sipakainge, dan Sipakalebbi (saling menyegani, salingmenasehati, dan
saling menghargai). Dengan menyaksikan festival ini,para pengujung dapat
mengetahui tentang kebudayaan masyarakat Bugis diSulawesi Selatan,
khususnya Bugis Wajo.
Lokasi
Danau Tempe terletak di Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.
Akses
Danau ini terletak 7 km dari Kota Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo.Untuk
mencapai tempat ini, dari Kota Sengkang ke Sungai Walennae
dapatditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan mobil
pete-pete(mikrolet). Dari Sungai Walennae menuju ke Danau Tempe ditempuh
selama30 menit dengan menggunakan perahu motor atau katinting,
denganbiaya sekitar Rp. 50.000,- hingga Rp. 75.000,- per-orang.
B. Sentra Kerajinan Sutra
Wajo adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang
terkenalsebagai daerah penghasil kain sutra Bugis yang cukup
potensial.Di daerah ini terdapat sekitar 4.982 orang perajin
gedokandengan jumlah produksi sekitar 99.640 sarung per tahun dan
perajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) berjumlah 227 orangdengan produksi
sekitar 1.589.000 meter kain sutra pertahun.Khusus untuk pemintal
benang sutra sebanyak 91 orang, sedangkan301 kepala keluarga bergerak
dibidang penanaman murbei danpemeliharaan ulat sutra dengan produksi
4.250 kilogram benang pertahun.
Paraperajin sutra di daerah ini membutuhkan bahan baku benangsutra
sekitar 200 ton atau sekitar 200.000 kilogram per tahun.Oleh karena
bahan baku dari Wajo tidak mencukupi, maka paraperajin membeli bahan
dari kabupaten tetangga seperti, Soppeng, Sidrap,Enrekang, dan bahkan
diimpor dari Cina dan Thailand. Ada tiga bentukdan corak kain sutra yang
diproduksi, yaitu: kain setengah jadi(seperti sarung, baju, dan
selendang); kain berbentuk gulungan yangdapat dibeli permeter sesuai
dengan kebutuhan; dan pakaian siappakai (seperti: baju, jas, kerudung,
kipas, dompet, dan tempat peralatan rias wajah).
Kain-kainsutra tersebut tidak hanya dipasarkan di Sengkang dan
Makassar,tetapi juga ke beberapa kota di Pulau Jawa, seperti
Cirebon,Pekalongan, Solo dan Yogyakarta. Bahkan telah menjadiproduk
ekspor dan menjadi incaran banyak desainer terkenal.Harganya pun
bervariasi, yakni ditentukan oleh motif dan kualitaskain. Untuk bahan
sutra dengan motif paye untuk ukuran satu setelpakaian wanita harganya
berkisar antara Rp. 600.000,00 - Rp.700.000,00, sedangkan untuk motif
yang bergaris harganya berkisarantara Rp. 450.000,00 - Rp. 500.000,00
per setel. Jika kain sutra itutanpa motif apa pun alias polos, harganya
berkisar antara Rp.300.000,00 - Rp. 350.000,00 per setel.
Keistimewaan
Sentrakerajinan sutra di Wajo menyediakan berbagai macam motif kain
sutra dan berkualitas tinggi. Motif kain sutra produksi daerah iniada
dua macam, yaitu motif tradisional dan non-tradisional. Motif
tradisional atau yang lebih dikenal dengan motif Bugis ini terdiri
darimotif sobbi, balorinni, baliare, cobo, sertamotif yang menyerupai
ukiran-ukiran Toraja. Sedangkan motifnon-tradisional, ada yang berbentuk
batik, bergaris-garis danpayet.
Untukmemperoleh kain sutra yang berkualitas tinggi, benang lokal
danimpor tersebut dipadukan menjadi satu dan diolah dalam beberapa
tahap.Pertama, kedua macam benang tersebut dimasak dengansabun dan soda
sekitar 1 jam dalam suhu 90 derajat. Tahapselanjutnya, kain tersebut
dijemur selama 3 jam dengan suhu 50 derajat. Setelah itu, benang
tersebut siap dipasang di mesin tenun dandiolah menjadi kain. Satu
kilogram benang lusi dapat menghasilkan sekitar 40 meter kain, dan satu
kilogram pakan dapat menghasilkan 12 meter kain. Uniknya, semua proses
penenun dilakukan di kolong-kolong rumah mereka.
Lokasi
Sentraproduksi kain sutra di Kabupaten Wajo tersebar di beberapa
kecamatan,seperti di Kecamatan Tempe, Tana Sitolo, Sabbang Paru, Pamana,
danSaijoangin.
Akses
KabupatenWajo terletak sekitar 242 kilometer di sebelah timur laut
KotaMakassar. Perjalanan dari Kota Makassar menuju ke lokasi
dapatditempuh selama kurang lebih 5 - 6 jam dengan menggunakan
kendaraanpribadi maupun angkutan umum antar kota.
Pemerintahan
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WAJO
Alamat: JL. Rusa No. 17 Sengkang
SESUAI PERDA NO. 5 TAHUN 2008
Untuk pelaksanaan tugas dan fungsinya, susunan dan struktur organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Wajo terdiri dari :
1. Sekretaris Daerah
2. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat:
1. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum
2. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat
3. Bagian Administrasi Kemasyarakatan
4. Bagian Administrasi Kerjasama Antar Daerah
3. Asisten Perekonomian dan Pembangunan:
1. Bagian Administrasi Pengembangan Potensi Daerah
2. Bagian Administrasi Pembangunan
3. Bagian Administrasi Sumber Daya Alam
4. Bagian Administrasi Perekonomian
4. Asisten Administrasi Umum :
1. Bagian Hukum dan Perundang-undangan
2. Bagian Organisasi dan Tata Laksana
3. Bagian Umum
4. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol
SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN WAJO
Alamat:JL. Rusa No. 17 Sengkang
SESUAI PERDA NO. 5 TAHUN 2008
Untuk pelaksanaan tugas dan fungsinya, susunan dan struktur organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten Wajo terdiri dari :
1. Sekretaris DPRD
2. Bagian Umum
3. Bagian Keuangan
4. Bagian Perundang-udangan
5. Bagian Risalah dan Persidangan
DAFTAR NAMA DINAS
DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN WAJO
SESUAI PERDA NO. 6 TAHUN 2008
NO.
NAMA DINAS
ALAMAT
1.Dinas Pendidikan JL. Jend. Ahmad Yani No. 27 Sengkang
2.Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata JL. Jend. Ahmad Yani No. 37 Sengkang
3.Dinas Kesehatan JL. Jend. Ahmad Yani No. 31 Sengkang
4.Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi JL. Bau Baharuddin No. 11 Sengkang
5.Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika JL. Sawerigading No. ... Sengkang
6.Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil JL. Bau Mahmud No.
7.Dinas Pekerjaan Umum JL. A. Pawellangi KM 8 Ujunge Sengkang
8.Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Perindustrian dan Perdagangan JL. Bau Baharuddin No. 4 Sengkang
9.Dinas Pertanian dan Peternakan JL. Lamaddukelleng No. 1 Sengkang
10.Dinas Kehutanan dan Perkebunan JL. Veteran No. 33 Sengkang
11.Dinas Kelautan dan Perikanan JL. Budi Utomo No. 9 Sengkang
12.Dinas Tata Ruang, Kebersihan, dan Pasar JL. Lamaddukelleng No. 1 Sengkang
13.Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah JL. Rusa No. 17 Sengkang
14.Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Energi dan Sumber Daya Mineral JL. Bau Baharuddin No. 86 Sengkang
DAFTAR NAMA LEMBAGA TEKNIS DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN WAJO SESUAI PERDA NO. 7 TAHUN 2008
NO.
NAMA LEMBAGA TEKNIS
ALAMAT
1.Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah JL. Lontar No. 1 Sengkang
2.Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah JL. Kejaksaan No. 5B Sengkang
3.Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa JL. Veteran No. 35 Sengkang
4.Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian JL. Lamaddukelleng No. 1 Sengkang
5.Badan Lingkungan Hidup Daerah JL. Kejaksaan No. ... Sengkang
6.Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat JL. Lontar No. 2B Sengkang
7.Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera JL. Beringin No. 5 Sengkang
8.Inspektorat Daerah JL. Kejaksaan No. 3 Sengkang
9.Rumah Sakit Umum Daerah JL. Kartika Chandra Kirana No. 9 Sengkang
10.Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah JL. Rusa No. 17 Sengkang
11.Satuan Polisi Pamong Praja JL. Rusa No. 17 Sengkang
12.Kantor Pelayanan Terpadu JL. Rusa No. 17 Sengkang
13.Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak JL. Rusa No. 17 Sengkang (wajokab.go.id)
Langganan:
Postingan (Atom)